Selasa, 13 Maret 2012

Penjelajahan Luar Angkasa Yang Mengesankan


NamakuXavier, aku adalah seorang penjelajah luar angkasa. Aku menjelajahi  luar angkasa tidak sendirian,  aku ditemani oleh empat temanku. Mereka adalah Zed, Kyle, Connor, dan Zord. Kami berlima tinggal di asrama khusus untuk penjelajah luar angkasa.  Kemudian kami membuat team untuk menjalankan misi-misi kami untuk menjelajahi luar angkasa, kami memberi nama team itu, dengan nama “X-Cole Z2”. Nama itu kami dapat dari nama-nama kami, yaitu “X” dari namaku yaitu Xavier, “Co” dari Connor, “le” dari Kyle, dan “Z2” dari nama Zed dan Zord, mereka berdua adalah kakak beradik. Team kami lumayan terkenal di negaraku ini, karena kami selalu menjalankan misi-misi kami dengan baik dan mencapai target yang memuaskan.
Pada pagi itu, suara alarm handphone yang berada di bawah bantal itu membangunkan tidurku. Aku dengan malas segera mematikan suara alarm handphone itu. Kemudian aku duduk di tepi tempat tidurku dengan merasakan udara di pagi hari yang sejuk. Setelah beberapa saat aku duduk di tepi tempat tidurku itu, aku bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan keperluan lainya. Sesaat kemudian, tiba-tiba ada suara ketukan pintu, kemudian ada seseorang yang memanggil-manggil namaku.
“Xavier...Xavier...”, kata seseorang itu dengan mengetuk pintu kamarku.
“Iya, sebentar.”, jawab ku kepada sesorang itu, saat aku masih ada di kamar mandi.
Kemudian aku mencepatkan mandi ku, kemudian bergegas untuk memakai baju. Setelah memakai baju, aku segera membuka pintu kamarku itu.
“O, ternyata Bu Quinn, ada apa bu?”, jawabku kepada seseorang itu yang ternyata Bu Quinn.
“Itu di aula, Ibu sudah menyiapkan makan untuk kalian, Ibu mau memberi tahu teman-temanmu dulu ya.”, kata Bu Quinn.
“Ok, Bu.”,jawab ku dengan berlari ke aula itu, karena perutku sudah mulai keroncongan.
Sesampainya aku di aula itu, ternyata disana sudah ada Kyle, kemudian kami mengobrol untuk menunggu teman-teman yang lain datang. Sesudah teman-teman kami berkumpul semua, kami segera sarapan dengan masakan Bu Quinn itu. Setelah sarapan, kami seperti biasa olahraga bersama yang dipimpin oleh Pak Xander. Setelah merasa cukup olahraga, kami segera isirahat di teras asrama itu.
Tiba-tiba kami mendengar suara sirine, suara sirine itu berarti ada misi untuk kami jalankan. Kemudian kami bergegas ke ruang kepala asrama itu, setelah kami sampai di ruang itu, aku menanyakan kepada kepala asrama itu yang bernama Pak Phoenix.
“Ada misi apa Pak Phoenix?”, kataku kepada Pak Phoenix.
“Misi kali ini, kalian harus menyelidiki tentang hancurnya planet Quade, planet itu dulunya adalah planet terbesar di Galaxy Xolvert. Kalian harus mengetahui mengapa planet Quade itu bisa hancur.”, kata Pak Phoenik dengan jelas.
“Galaxy Xolvert itu di sebelah mana ya pak?”, kata Zord.
“Galaxy Xolvert terletak di dekat Galaxy Kulc.”, jawab Pak Phoenik.
“Kemudian, kapan kami menjalankan misi ini?.”, tanya Kyle kepada Pak Phoenik.
“Kalian menjalankan misi ini besok, sekarang kalian mempersiapkan peralatan-peralatan kalian, dan lain-lain. Bapak beserta pengurus asrama ini akan mengechek pesawat yang akan kalian pergunakan besok.”, jawab Pak Phoenik dengan panjang lebar.
“Ok, Pak, terima kasih.”, kata kami serentak.
Kemudian kami segera pergi ke kamar kami masing-masing. Untuk mempersiapkan peralatan-peralatam yang kami butuhkan untuk misi kali ini. Setelah aku mempacking semua peralatan-peralatan yang aku butuhkan, seperti biasa kami berkunjung kerumah orang-orang yang kami sayangi. Kami berkunjung ke mereka untuk meminta doa kepada kami, agar kami dalam menjalankan misi dengan baikdan selamat. Tak lupa aku pun berkunjung ke rumah tunanganku yang bernama Vinny. Sesaat kami berdua berbincang-bincang tentang pernikahan kami, yang tidak lama lagi akan kami lakukan pernikahan itu.
Setelah itu, aku berpamitan dengan Vinny. Aku sangat sedih sekali, karena harus meninggalkan tunangganku yang sangat aku sayangi.
“Vinny, inilah saatnya aku pergi, tapi aku pergi tak akan selamanya, tunggu saja kedatanganku besok. Jaga dirimu baik-baik ya Vinny.”, kataku kepada Vinny dengan memeluknya.
“Iya, Xavier, jaga dirimu baik-baik juga, doaku akan selalu meyertaimu Xavier.” Jawab Vinny dengan memelukku juga.
“Terima kasih Vinny, aku sayang kamu Vinny.”, kataku sambil mencium kening Vinny.
“Aku sayang kamu juga Xavier.” Jawab Vinny dengan senyumannya yang indah.
Setelah itu, aku dan teman-teman ku yang lainya kembali ke asrama untuk pembimbingan lebih lanjut tentang misi itu. Kami dibimbing dari sore sampai malam. Sesudah pembimbingan itu kami diperintah untuk tidur agar besok saat menjalankan misi dapat dengan baik. Kami kemudian pergi ke kamar kami masing-masing.
Pagi hari itu sangat cerah, kami memulai pagi seperti biasa. Setelah itu kami pergi ke kamar untuk membawa peralatan-peralatan yang akan kami gunakan saat menjalankan misi. Kami membawa peralatan-peralatan itu ke dalam pesawat yang akan kami gunakan. Setelah kami siap, kami di anjurkan untuk berdoa dahulu untuk keselamatan kami. Kemudian kami berlima masuk ke dalam pesawat. Ruangan di dalam pesawat itu sangat luas dan mewah. Lalu aku menghidupkan mesin pesawat ini. Setelah aku hidupkan kami bersiap-siap untuk peluncuran pesawat ini. Kami mennungu 1 menit untuk peluncuran pesawat ini, setelah 55 detik berlalu, kemudian terdengar suara, “Lima, empat, tiga, dua, satu”, suara itu adalah tanda peluncuran pesawat itu. Sedikit demi sedikit pesawat meluncur ke atas, dan lama kelamaan pesawat semakin cepat meluncurnya dan menjauh dari Bumi.
Setelah itu kami sudah berada di luar atsmosphere Bumi. Keadaan di luar atmosphere bumi sangat sepi dan gelap. Kemudian kami mengikuti radar agar kami sampai di Galaxy Xolvert. Kami menempuh perjalanan yang sangat panjang dan lama. Sehingga kami mengaktifkan “autopilot”, autopilot adalah fasilitas pada pesawat untuk mengemudikan sendiri tanpa campur tangan pilotnya.
Kami berlima kemudian berkumpul di ruang tengah pesawat itu untuk makan, dan beristirahat. Kami sangat kelelahan karena perjalanan ini memakan waktu yang lama dan membosankan. Setelah lama kami bersitirahat dan keperluan lain, kami segera kembali keruang kendali.
“Ayo teman-teman kita kembali keruang kendali.”, kataku sambil berteriak kepada teman-temanku.
“Ok.”, jawab Kyle, Connor, Zed, dan Zord.
Setelah sampai kami sampai di ruang kendali, radar kami menunjunkan Galaxy Xolvert sudah berada di depan kita, kemudian kami semua melihat ke arah depan, di sana ada gumpalan cahaya yang berwarna-warni.
“Ternyata Galaxy Xelovert itu galaxy yang sangat indah.”, kata Zord sambil terkagum-kagum.
“Iya, ayo kita ambil foto galaxy itu.”, kata Zed sambil memfoto galaxy itu.
Kemudian kami masuk kedalam galaxy itu dan mencari Planet Quade, setelah lama mencari, kami menemukan debu-debu angkasa yang berterbangan dan membentuk gumpalan. Mungkin debu yang membentuk gumpalan itu adalah sisa-sisa hancurnya Planet Quade. Kami memutuskan untuk mulai menyelidiki hancurnya planet itu. Kami kemudian berkeliling gumpalan debu itu. Keadaan di sekitar gumpalan debu itu sangat panas, segera aku menyuruh Connor untuk menghidupkan AC yang ada di dalam pesawat itu.
“Connor, tolong hidupkan ACnya, keadaan di sini sangat panas, lama-kelamaan nanti kita bisa dehidrasi”, suruhku kepada Connor.
“Iya, memang udara di sini sangat panas”, jawab Connor sambil menghidupkan AC.
Setelah AC di hidupkan, udara di sekitar kami lumayan dingin. Akhirnya kami berkeliling lagi untuk menyelidiki hancurnya Planet Quade. Setelah beberapa lama kami tidak menemukan hasil, kami memutuskan untuk beristirahat dahulu dan makan, karena kami seharian belum makan apapun. Sesudah perut kami terisi oleh makanan, kami meneruskan menyelidiki hancurnya Planet itu. Salah satu dari kami berkata,
“Mungkin hancurnya planet itu disebabkan oleh tebrakan antara planet itu dengan asetroid yang besar.”, kata Zed.
“Iya, mungkin saja, karena di sekitar sini ada banyak asteroid-asteroid yang berterbangan.”, kata Zord.
“Zed, segeralah memfoto gumpalan debu itu dan asteroid-asteroid yang ada di sekitar gumpalan itu, foto itu kita butuhkan untuk laporan kita”, suruhku kepada Zed.
“Iya, tapi cameranya masih di charge, nanti saja setelah baterainya penuh.”, jawab Zed kepadaku.
Tiba-tiba ada sesuatu yang menabrak pesawat kami, kami kaget karena guncangan itu sangat besar. Kemudian kami melihat keluar pesawat melalui jendela pesawat itu. Kami kagum melihat ada asteroid besar yang melintas di dekat pesawat kami. Seperti biasa aku menyuruh Zed untuk memfoto benda-benda luar angkasa itu. Setelah beterai kamera penuh, Zed segera memfoto asteroid itu, dan benda-benda lainyayang berguna untuk laporan kami. Kemudian aku menyuruh Connor dan Kyle untuk mengecheck keadaan pesawat setelah di tabrak oleh asteroid tersebut. Setelah sesaat lamanya, akhirnya Connor dan Kyle kembali keruang kendali.
“Keadaan pesawat ini baik-baik saja, kerusakannya tidak parah, hanya barang-barang di ruang belakang berantakan.”, kata Kyle kepada kami semua yang berada di ruang kendali.
“Syukurlah kalau begitu, mari kita bereskan barang-barang yang berantakan di ruang belakang.”, kata Zord.
“Ok, tapi jangan semuanya yang membereskan barang-barang itu, kita membagi tugas saja, Aku, Connor, dan Zed, berjaga di ruang kendali, Zord dan Kyle membereskan barang-barang di ruang belakang. Setuju kah kalian?”, kataku kepada teman-temanku.
“Setuju!”, sahut teman-temanku secara bersamaan.
Kemudian kami bergegas untuk melaksanakan tugas kami masing-masing. Setelah Zord dan Kyle selesai membereskan barang-barang yang ada di ruang belakang, mereka segera membantu kami di ruang kendali. Setelah itu, kami jberkumpul untuk menyusun laporan itu di ruang tengah. Akhirnya kami selesai menyusun laporan itu. Kami sangat senang sekali karena misi kali ini berhasil dengan baik.
Setelah itu kami kembali ke bumi, setelah sekian lama berada di luar angkasa. Kami kembali ke bumi dengan rasa senang. Kami berlima segera bergegas ke ruang kendali, tiba-tiba di sekitar pesawat kami, terlihat sangat gelap sekali, tidak ada bintang atau benda-benda langit yang terlihat.
“Teman-teman ini ada apa!”,kata Connor dengan berteriak.
“Iya, ini ada apa, kok gelap sekali?, kata Zord.
“Kalian tenang saja, jangan berisik! Coba dengarkan suara mendesing itu.”, jawabku dengan singkat kepada Connor dan Zord.
Kemudian kami mendengarkan suara bising itu, semakin lama semakin besar suaranya. Saat suara mencapai kebisingan yang tinggi, kami memakai penutup telinga agar telinga kami tidak  rusak oleh gelombang bunyi yang sangat besar itu. Tiba-tiba terjadi guncangan yang sangat luar biasa di pesawat kami.
“Apakah ini lubang hitam!”, teriak Zed.
“Mungkin!, segera kemudikan kapal dari lubang hitam ini! Cepat!!! Sebelum kita terhisap kedalam lubang hitam ini!”, kata ku sambil berteriak.
Segera kami berusaha mengemudikan pesawat itu dengan sekuat tenaga kami, tapi walaupun kami berusaha sekuat tenaga, pesawat kami tidak bisa keluar dari lubang hitam ini, mungkin gaya gravitasi lubang hitam ini sangat besar, sehingga pesawat kami tidak dapat digerakan. Kami hanya pasrah akan mukjizat yang mungkin akan datang kepada kami. Semakin lama guncangan itu bertambah semakin kuat dan dahsyat. Pada akhirnya guncangan itu berhenti juga.
“Apakah kita sudah terhisap ke dalam lubang hitam ini?”, tanya Kyle.
“Mungkin iya, tapi apakah kita masih hidup?”, jawab Connor.
“Sepertinya kita masih hidup.”, jawabku.
“Tuhan telah memberi kita mukjizat, mari kita berdoa sejenak untuk memberi terima kasih kepada tuhan yang telah memberi kita hidup. Berdoa dimulai...”, kata Zed.

2 menit berlalu. . . . . . .

“Selesai..”, kata Zed.
“Mari kita memeriksa keadaan pesawat ini”, kataku kepada teman-teman.
Kami kemudian membagi tugas untuk memeriksa keadaan pesawat ini, setelah beberapa saat kami memeriksa pesawat, kami tidak menemukan kerusakan, kami hanya menemukan barang-barang yang berantakan di seluruh ruang pesawat kami. Mungkin ketua dan pengurus asrama, sudah merancang pesawat yang tahan banting terhadap kondisi apapun. Setelah selesai memeriksa pesawat, kami kemudian beranjak ke ruang kendali, untuk meneruskan perjalanan kembali ke bumi.
“Teman-teman mari kita bekerja sama dan berusaha untuk dapat pulang kebumi lagi.”, kataku sambil duduk di kursi kendali.
“Ok, mari kita mulai lagi perjalanan pulang kita teman-teman.”, kata Zed.
Kemudian pesawat itu melaju kencang menuju bumi, saat kami mencapai atsmosphere bumi, kami melihat pemandangan yang luar biasa indahnya yaitu pulau-pulau di bumi tampak hijau dan lautanya tampak biru.
“Lihat teman-teman, bumi kita nampak indah dari sini.”, kata Zed.
“Iya Zed, segera ambil fotonya untuk kenang-kenangan.”, suruh Zord.
“Ok.”, kata Zed dengan singkat.
Setelah kami sampai di daratan pulau, kami di sambut oleh orang banyak. Mereka bangga atas kerja team kami dan ingin memberi ucapan selamat atas keberhasilan team kami. Saat pintu pesawat kami buka, orang-orang bersorak-sorak, meneriakan nama team kami yaitu Team X-Cole Z2. Kami berlima juga sangat senang karena di sambut dengan meriah.
Setelah penyambutan selesai, kami segera menuju ruang kepala asrama untuk menyerahkan laporan dan menjelaskan tentang mengapa planet Quade bisa hancur. Setelah kami menjelaskan, kami menuju kamar kami masing-masing untuk istirahat dan membereskan peralatan-peralatan yang ada di tas kami. Aku rasa istirahat ku sudah cukup, kemudian aku mengunjungi keluargaku dan tunangganku.
Setelah beberapa hari di asrama pasca menjalankan misi, tiba saatnya aku dan tunangganku itu menikah. Aku sangat menanti-nanti hari itu. Setelah aku menikah, aku dan istriku yang bernama Vinny itu, hidup bahagia selamanya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar