NamakuXavier, aku adalah seorang penjelajah luar angkasa.
Aku menjelajahi luar angkasa tidak
sendirian, aku ditemani oleh empat
temanku. Mereka adalah Zed, Kyle, Connor, dan Zord. Kami berlima tinggal di
asrama khusus untuk penjelajah luar angkasa. Kemudian kami membuat team untuk menjalankan
misi-misi kami untuk menjelajahi luar angkasa, kami memberi nama team itu,
dengan nama “X-Cole Z2”. Nama itu kami dapat dari nama-nama kami, yaitu “X”
dari namaku yaitu Xavier, “Co” dari Connor, “le” dari Kyle, dan “Z2” dari nama Zed
dan Zord, mereka berdua adalah kakak beradik. Team kami lumayan terkenal di
negaraku ini, karena kami selalu menjalankan misi-misi kami dengan baik dan
mencapai target yang memuaskan.
Pada pagi itu, suara alarm handphone yang berada di bawah
bantal itu membangunkan tidurku. Aku dengan malas segera mematikan suara alarm
handphone itu. Kemudian aku duduk di tepi tempat tidurku dengan merasakan udara
di pagi hari yang sejuk. Setelah beberapa saat aku duduk di tepi tempat tidurku
itu, aku bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan keperluan lainya. Sesaat
kemudian, tiba-tiba ada suara ketukan pintu, kemudian ada seseorang yang
memanggil-manggil namaku.
“Xavier...Xavier...”, kata seseorang itu dengan mengetuk
pintu kamarku.
“Iya, sebentar.”, jawab ku kepada sesorang itu, saat aku
masih ada di kamar mandi.
Kemudian aku mencepatkan mandi ku, kemudian bergegas
untuk memakai baju. Setelah memakai baju, aku segera membuka pintu kamarku itu.
“O, ternyata Bu Quinn, ada apa bu?”, jawabku kepada
seseorang itu yang ternyata Bu Quinn.
“Itu di aula, Ibu sudah menyiapkan makan untuk kalian,
Ibu mau memberi tahu teman-temanmu dulu ya.”, kata Bu Quinn.
“Ok, Bu.”,jawab ku dengan berlari ke aula itu, karena
perutku sudah mulai keroncongan.
Sesampainya aku di aula itu, ternyata disana sudah ada
Kyle, kemudian kami mengobrol untuk menunggu teman-teman yang lain datang.
Sesudah teman-teman kami berkumpul semua, kami segera sarapan dengan masakan Bu
Quinn itu. Setelah sarapan, kami seperti biasa olahraga bersama yang dipimpin
oleh Pak Xander. Setelah merasa cukup olahraga, kami segera isirahat di teras
asrama itu.
Tiba-tiba kami mendengar suara sirine, suara sirine itu
berarti ada misi untuk kami jalankan. Kemudian kami bergegas ke ruang kepala
asrama itu, setelah kami sampai di ruang itu, aku menanyakan kepada kepala
asrama itu yang bernama Pak Phoenix.
“Ada misi apa Pak Phoenix?”, kataku kepada Pak Phoenix.
“Misi kali ini, kalian harus menyelidiki tentang
hancurnya planet Quade, planet itu dulunya adalah planet terbesar di Galaxy
Xolvert. Kalian harus mengetahui mengapa planet Quade itu bisa hancur.”, kata
Pak Phoenik dengan jelas.
“Galaxy Xolvert itu di sebelah mana ya pak?”, kata Zord.
“Galaxy Xolvert terletak di dekat Galaxy Kulc.”, jawab
Pak Phoenik.
“Kemudian, kapan kami menjalankan misi ini?.”, tanya Kyle
kepada Pak Phoenik.
“Kalian menjalankan misi ini besok, sekarang kalian
mempersiapkan peralatan-peralatan kalian, dan lain-lain. Bapak beserta pengurus
asrama ini akan mengechek pesawat yang akan kalian pergunakan besok.”, jawab
Pak Phoenik dengan panjang lebar.
“Ok, Pak, terima kasih.”, kata kami serentak.
Kemudian kami segera pergi ke kamar kami masing-masing.
Untuk mempersiapkan peralatan-peralatam yang kami butuhkan untuk misi kali ini.
Setelah aku mempacking semua peralatan-peralatan yang aku butuhkan, seperti
biasa kami berkunjung kerumah orang-orang yang kami sayangi. Kami berkunjung ke
mereka untuk meminta doa kepada kami, agar kami dalam menjalankan misi dengan
baikdan selamat. Tak lupa aku pun berkunjung ke rumah tunanganku yang bernama
Vinny. Sesaat kami berdua berbincang-bincang tentang pernikahan kami, yang tidak
lama lagi akan kami lakukan pernikahan itu.
Setelah itu, aku berpamitan dengan Vinny. Aku sangat
sedih sekali, karena harus meninggalkan tunangganku yang sangat aku sayangi.
“Vinny, inilah saatnya aku pergi, tapi aku pergi tak akan
selamanya, tunggu saja kedatanganku besok. Jaga dirimu baik-baik ya Vinny.”,
kataku kepada Vinny dengan memeluknya.
“Iya, Xavier, jaga dirimu baik-baik juga, doaku akan
selalu meyertaimu Xavier.” Jawab Vinny dengan memelukku juga.
“Terima kasih Vinny, aku sayang kamu Vinny.”, kataku
sambil mencium kening Vinny.
“Aku sayang kamu juga Xavier.” Jawab Vinny dengan
senyumannya yang indah.
Setelah itu, aku dan teman-teman ku yang lainya kembali
ke asrama untuk pembimbingan lebih lanjut tentang misi itu. Kami dibimbing dari
sore sampai malam. Sesudah pembimbingan itu kami diperintah untuk tidur agar
besok saat menjalankan misi dapat dengan baik. Kami kemudian pergi ke kamar
kami masing-masing.
Pagi hari itu sangat cerah, kami memulai pagi seperti
biasa. Setelah itu kami pergi ke kamar untuk membawa peralatan-peralatan yang
akan kami gunakan saat menjalankan misi. Kami membawa peralatan-peralatan itu
ke dalam pesawat yang akan kami gunakan. Setelah kami siap, kami di anjurkan
untuk berdoa dahulu untuk keselamatan kami. Kemudian kami berlima masuk ke
dalam pesawat. Ruangan di dalam pesawat itu sangat luas dan mewah. Lalu aku
menghidupkan mesin pesawat ini. Setelah aku hidupkan kami bersiap-siap untuk
peluncuran pesawat ini. Kami mennungu 1 menit untuk peluncuran pesawat ini,
setelah 55 detik berlalu, kemudian terdengar suara, “Lima, empat, tiga, dua,
satu”, suara itu adalah tanda peluncuran pesawat itu. Sedikit demi sedikit
pesawat meluncur ke atas, dan lama kelamaan pesawat semakin cepat meluncurnya
dan menjauh dari Bumi.
Setelah itu kami sudah berada di luar atsmosphere Bumi.
Keadaan di luar atmosphere bumi sangat sepi dan gelap. Kemudian kami mengikuti
radar agar kami sampai di Galaxy Xolvert. Kami menempuh perjalanan yang sangat
panjang dan lama. Sehingga kami mengaktifkan “autopilot”, autopilot adalah
fasilitas pada pesawat untuk mengemudikan sendiri tanpa campur tangan pilotnya.
Kami berlima kemudian berkumpul di ruang tengah pesawat
itu untuk makan, dan beristirahat. Kami sangat kelelahan karena perjalanan ini memakan waktu yang lama dan membosankan. Setelah
lama kami bersitirahat dan keperluan lain, kami segera kembali keruang kendali.
“Ayo teman-teman kita kembali keruang kendali.”, kataku
sambil berteriak kepada teman-temanku.
“Ok.”, jawab Kyle, Connor, Zed, dan Zord.
Setelah sampai kami sampai di ruang kendali, radar kami
menunjunkan Galaxy Xolvert sudah berada di depan kita, kemudian kami semua
melihat ke arah depan, di sana ada gumpalan cahaya yang berwarna-warni.
“Ternyata Galaxy Xelovert itu galaxy yang sangat indah.”,
kata Zord sambil terkagum-kagum.
“Iya, ayo kita ambil foto galaxy itu.”, kata Zed sambil
memfoto galaxy itu.
Kemudian kami masuk kedalam galaxy itu dan mencari Planet
Quade, setelah lama mencari, kami menemukan debu-debu angkasa yang berterbangan
dan membentuk gumpalan. Mungkin debu yang membentuk gumpalan itu adalah
sisa-sisa hancurnya Planet Quade. Kami memutuskan untuk mulai menyelidiki
hancurnya planet itu. Kami kemudian berkeliling gumpalan debu itu. Keadaan di
sekitar gumpalan debu itu sangat panas, segera aku menyuruh Connor untuk menghidupkan
AC yang ada di dalam pesawat itu.
“Connor, tolong hidupkan ACnya, keadaan di sini sangat
panas, lama-kelamaan nanti kita bisa dehidrasi”, suruhku kepada Connor.
“Iya, memang udara di sini sangat panas”, jawab Connor
sambil menghidupkan AC.
Setelah AC di hidupkan, udara di sekitar kami lumayan
dingin. Akhirnya kami berkeliling lagi untuk menyelidiki hancurnya Planet
Quade. Setelah beberapa lama kami tidak menemukan hasil, kami memutuskan untuk
beristirahat dahulu dan makan, karena kami seharian belum makan apapun. Sesudah
perut kami terisi oleh makanan, kami meneruskan menyelidiki hancurnya Planet
itu. Salah satu dari kami berkata,
“Mungkin hancurnya planet itu disebabkan oleh tebrakan
antara planet itu dengan asetroid yang besar.”, kata Zed.
“Iya, mungkin saja, karena di sekitar sini ada banyak asteroid-asteroid yang berterbangan.”, kata Zord.
“Zed, segeralah memfoto gumpalan debu itu dan
asteroid-asteroid yang ada di sekitar gumpalan itu, foto itu kita butuhkan
untuk laporan kita”, suruhku kepada Zed.
“Iya, tapi cameranya masih di charge, nanti saja setelah
baterainya penuh.”, jawab Zed kepadaku.
Tiba-tiba ada sesuatu yang menabrak pesawat kami, kami
kaget karena guncangan itu sangat besar. Kemudian kami melihat keluar pesawat
melalui jendela pesawat itu. Kami kagum melihat ada asteroid besar yang
melintas di dekat pesawat kami. Seperti biasa aku menyuruh Zed untuk memfoto
benda-benda luar angkasa itu. Setelah beterai kamera penuh, Zed segera memfoto
asteroid itu, dan benda-benda lainyayang berguna untuk laporan kami. Kemudian
aku menyuruh Connor dan Kyle untuk mengecheck keadaan pesawat setelah di tabrak
oleh asteroid tersebut. Setelah sesaat lamanya, akhirnya Connor dan Kyle
kembali keruang kendali.
“Keadaan pesawat ini baik-baik saja, kerusakannya tidak
parah, hanya barang-barang di ruang belakang berantakan.”, kata Kyle kepada
kami semua yang berada di ruang kendali.
“Syukurlah kalau begitu, mari kita bereskan barang-barang
yang berantakan di ruang belakang.”, kata Zord.
“Ok, tapi jangan semuanya yang membereskan barang-barang
itu, kita membagi tugas saja, Aku, Connor, dan Zed, berjaga di ruang kendali,
Zord dan Kyle membereskan barang-barang di ruang belakang. Setuju kah kalian?”,
kataku kepada teman-temanku.
“Setuju!”, sahut teman-temanku secara bersamaan.
Kemudian kami bergegas untuk melaksanakan tugas kami
masing-masing. Setelah Zord dan Kyle selesai membereskan barang-barang yang ada
di ruang belakang, mereka segera membantu kami di ruang kendali. Setelah itu,
kami jberkumpul untuk menyusun laporan itu di ruang tengah.
Akhirnya kami selesai menyusun laporan itu. Kami sangat senang sekali karena
misi kali ini berhasil dengan baik.
Setelah itu kami kembali ke bumi, setelah sekian lama
berada di luar angkasa. Kami kembali ke bumi dengan rasa senang. Kami berlima
segera bergegas ke ruang kendali, tiba-tiba di sekitar pesawat kami, terlihat
sangat gelap sekali, tidak ada bintang atau benda-benda langit yang terlihat.
“Teman-teman ini ada apa!”,kata Connor dengan berteriak.
“Iya, ini ada apa, kok gelap sekali?, kata Zord.
“Kalian tenang saja, jangan berisik! Coba dengarkan suara
mendesing itu.”, jawabku dengan singkat kepada Connor dan Zord.
Kemudian kami mendengarkan suara bising itu, semakin lama
semakin besar suaranya. Saat suara mencapai kebisingan yang tinggi, kami
memakai penutup telinga agar telinga kami tidak
rusak oleh gelombang bunyi yang sangat besar itu. Tiba-tiba terjadi
guncangan yang sangat luar biasa di pesawat kami.
“Apakah ini lubang hitam!”, teriak Zed.
“Mungkin!, segera kemudikan kapal dari lubang hitam ini!
Cepat!!! Sebelum kita terhisap kedalam lubang hitam ini!”, kata ku sambil
berteriak.
Segera kami berusaha mengemudikan pesawat itu dengan
sekuat tenaga kami, tapi walaupun kami berusaha sekuat tenaga, pesawat kami
tidak bisa keluar dari lubang hitam ini, mungkin gaya gravitasi lubang hitam
ini sangat besar, sehingga pesawat kami tidak dapat digerakan. Kami hanya
pasrah akan mukjizat yang mungkin akan datang kepada kami. Semakin lama
guncangan itu bertambah semakin kuat dan dahsyat. Pada akhirnya guncangan itu
berhenti juga.
“Apakah kita sudah terhisap ke dalam lubang hitam ini?”,
tanya Kyle.
“Mungkin iya, tapi apakah kita masih hidup?”, jawab
Connor.
“Sepertinya kita masih hidup.”, jawabku.
“Tuhan telah memberi kita mukjizat, mari kita berdoa
sejenak untuk memberi terima kasih kepada tuhan yang telah memberi kita hidup.
Berdoa dimulai...”, kata Zed.
2 menit berlalu. . . . . . .
“Selesai..”, kata Zed.
“Mari kita memeriksa keadaan pesawat ini”, kataku kepada
teman-teman.
Kami kemudian membagi tugas untuk memeriksa keadaan
pesawat ini, setelah beberapa saat kami memeriksa pesawat, kami tidak menemukan
kerusakan, kami hanya menemukan barang-barang yang berantakan di seluruh ruang
pesawat kami. Mungkin ketua dan pengurus asrama, sudah merancang pesawat yang
tahan banting terhadap kondisi apapun. Setelah selesai memeriksa pesawat, kami
kemudian beranjak ke ruang kendali, untuk meneruskan perjalanan kembali ke
bumi.
“Teman-teman mari kita bekerja sama dan berusaha untuk
dapat pulang kebumi lagi.”, kataku sambil duduk di kursi kendali.
“Ok, mari kita mulai lagi perjalanan pulang kita
teman-teman.”, kata Zed.
Kemudian pesawat itu melaju kencang menuju bumi, saat
kami mencapai atsmosphere bumi, kami melihat pemandangan yang luar biasa
indahnya yaitu pulau-pulau di bumi tampak hijau dan lautanya tampak biru.
“Lihat teman-teman, bumi kita nampak indah dari sini.”,
kata Zed.
“Iya Zed, segera ambil fotonya untuk kenang-kenangan.”,
suruh Zord.
“Ok.”, kata Zed dengan singkat.
Setelah kami sampai di daratan pulau, kami di sambut oleh
orang banyak. Mereka bangga atas kerja team kami dan ingin memberi ucapan
selamat atas keberhasilan team kami. Saat pintu pesawat kami buka, orang-orang
bersorak-sorak, meneriakan nama team kami yaitu Team X-Cole Z2. Kami berlima
juga sangat senang karena di sambut dengan meriah.
Setelah penyambutan selesai, kami segera menuju ruang
kepala asrama untuk menyerahkan laporan dan menjelaskan tentang mengapa planet
Quade bisa hancur. Setelah kami menjelaskan, kami menuju kamar kami
masing-masing untuk istirahat dan membereskan peralatan-peralatan yang ada di
tas kami. Aku rasa istirahat ku sudah cukup, kemudian aku mengunjungi
keluargaku dan tunangganku.
Setelah beberapa hari di asrama pasca menjalankan misi,
tiba saatnya aku dan tunangganku itu menikah. Aku sangat menanti-nanti hari
itu. Setelah aku menikah, aku dan istriku yang bernama Vinny itu, hidup bahagia
selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar